PERDUKUNAN
DALAM PANDANGAN ISLAM
Ust.
H. Ibnu Sholeh, M.A,M.P.I
Kita memiliki prinsip
bahwa dukun adalah kekasih-kekasih
syaithan, mereka tidak ada
apa-apanya dihadapan seorang Muslim
yang berpegang kepada
syari' ah Allah. Sebagaimana ditegaskan
oleh Rasulullah SAW dalam hadits:
قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجُ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- سَأَلَ نَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسُوا
بِشَىْءٍ ». فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَاناً بِالشَّىْءِ
يَكُونُ حَقًّا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تِلْكَ الْكَلِمَةُ
مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّىُّ فَيُقِرُّهَا فِى أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ
فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ »
Dari 'Aisyah RA berkata: banyak orang bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang para dukun, maka beliau
menjawab: "Sungguh mereka itu tidak ada apa-apanya." Mereka
bertanya; "Sungguh mereka kadang-kadang mengatakan sesuatu maka menjadi
kenyataan? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam bersabda: "Ucapannya itu dari yang benar, dicuri
dari golongan jin, lalu dibisikkan jin
ke telinga dukun seperti. berkokoknya
ayam betina, dan mereka mencampur-adukannya dengan seratus kebohongan.
"(HR. Bukhari).
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ
الْمَلَائِكَةَ تَنْزِلُ فِي الْعَنَانِ وَهُوَ السَّحَابُ فَتَذْكُرُ الْأَمْرَ قُضِيَ
فِي السَّمَاءِ فَتَسْتَرِقُ الشَّيَاطِينُ السَّمْعَ فَتَسْمَعُهُ فَتُوحِيهِ إِلَى
الْكُهَّانِ فَيَكْذِبُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
Dari 'Aisyah
RA istri Rasulullah
SAW bahwasanya ia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: Sesungguhnya para malaikat turun di awan, maka menyebutkan
urusan yang ditetapkan di langit,
maka syaithan-syaithan mencuri dengar,
sampai mereka bisa mendengar,
kemudian mereka wahyukan
kepada para dukun,
maka dukun-dukun itu berbohong
bersama kalimat itu seratus
kebohongan dari diri mereka
sendiri. " (HR. AI Bukhari 3210 dan Muslim 2228)
Malah Rasulullah SAW
melarang kita untuk mendatangi seorang
dukun atau tukang ramal kemudian berkonsultasi, beliau bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافاًكاهنا فَسَأَلَهُ عنْ شَيْءٍ فَصَدَّقَهُ
، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أرْبَعِينَ يَوماً
Barangsiapa yang
mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian ia menanyakan sesuatu kepadanya
dan mempercayainya, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari. (HR.
Muslim)
Sedangkan orang
yang mempercayai nasehat
tukang ramal atau dukun,
maka ia berarti kafir terhadap wahyu
yang diturunkan kepada Rasulullah
SA W.
عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : « من أتى عرافا أو كاهنا ، فصدقه بما يقول ، فقد كفر بما أنزل على محمد صلى
الله عليه وسلم »
Dari Abu Hurairah RA
berkata: Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian
ia meyakini apa yang ia ucapkan, maka telah ingkar
terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.(HR. Imam Ahmad)
Saya sangat prihatin, ketika banyak orang menjaga
diri dari godaan
syaithan dengan cara-cara
musyrik tanpa mereka
sadari, mereka mengandalkan benda-benda jimat (tamimah) sebagai
tumbal (penjaga keselamatan)
dalam berbagai bentuk
dan rupa seperti keris, tornbak. gelang, cincin, kalung,
sabuk, potongan kayu, potongan kulit
binatang, taring babi, bawang jantan, mrica
(lada), bungkusan kemenyan,
rokok cerutu, batu
akik, batu kali, kerang
laut, tanah kuburan,
potongan kain kafan,
bolpen, korek api, dan sebagainya yang berasal dari dukun
atau kyai ataupun diperoleh
dari tempat-tempat yang
dianggapnya keramat.
lni dipakai oleh orang-orang
yang jauh dari agama.
Ketika mereka merujuk ke
dukun-dukun untuk menyelesaikan masalahnya,
ternyata tidak selesai.
Bahkan ada yang harus menebus jimat-jimat itu
dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah,
atau mencarinya harus menjadikan
nyawa sebagai taruhannya.
Alhamdulillah, dan
alhmadulillah berkat hidayah Allah, setelah
mereka mengikuti pelatihan ruqyah dan berdiskusi dengan
saya, mereka rela menyerahkan
benda-benda tersebut kepada saya dan
langsung saya musnahkan dengan
membakarnya. Kemudian mereka bertaubat kepada
Allah ta'ala
Sedangkan banyak
juga dari kalangan kaum
muslimin yang rajin menjalankan shalat, atau bisa dibilang
“taat beragama”, tetapi mereka
terjerumus dalam kemusyrikan,
tanpa mereka sadari juga.
Sebab banyak
dikalangan umat Islam, ketika menyelesaikan masalahnya
banyak merujuk kepada
orang yang dianggap 'kyai' atau
'wali' atau “orang pinter” atau “paranormal” orang yang menggunakn kedok
agama untuk melegalisasi kemusyrikannya.
Maka mereka mengajarkan
sedikit do'a dan amalan
agama untuk daya pikat dan mengelabuhi “sang korban” kemusyrikannya. Akan
tetapi mereka juga memberikan rajah
yang dibungkus rapih
atau disegel kepada
'sang korban' agar
dibawa pulang untuk dijadikan
wasilah penangkal bahaya
(tolak bala') atau
wasilah yang mendatangkan manfaat
secara ghaib.
Rajah-rajah (aufaq)
yang mereka bikin
atau sekedar fotokopinya,
biasanya ada tulisan ayat
qur' an, doa kepada
Allah dengan nama-nama
aneh, bukan dari
Al Asmaul Husna, bukan
nama nabi atau
rnalaikat, dan bukan
pula nama-nama ulama
terkenal.
Tapi tulisan itu
berisi nama nama yang mereka yakini sebagai nama naman raja jin, seperti: Asy
Syatat, Shal'ashun,Ya'shalun,
Jaljalut, Ikhrisya, inilah
nama-nama yang diagungkan dan
diundang untuk dimintai
pertolongan. Bahkan ada
yang jelas: ya
syaikh Abdal Qadir Al Jailani
aghitsni (Wahai guruku
Abdul Qadir Al
jilani tolong selamatkan aku), ya sayyidi Ali anqidzni
(Wahai tuanku Ali selamatkan aku), kemudian ditambah
angka angka tertentu dan huruf-huruf tertentu yang
tidak ada maknanya
di kamus. Selain itu juga ada
simbol-simbol atau gambar-gambar yang dianggap akan membawa manfaat atau
untuk menoIak bala', seperti
bintang, lingkaran, kotak-kotak,
segitiga, gambar pedang,
harimau, duplikat sandal
Nabi SAW, dan sebagainya.
Cara penggunaan rajah itu terkadang
dibakar kemudian abunya
dicampur dengan air untuk
diminum, dan rajah
direndam di air
kemudian diminum,
rajah dipendam di
tanah, ditempel di tembok bagian
atas, dibuat ikat pinggang, dibungkus
kuat untuk dikantongi atau dibuat kalung,
dibuat rompi, dibuat sapu tangan.
Media penulisan
rajah-rajah itu biasanya berfariasi, ada rajah
dengan tulisan Arab
yang ditulis diatas kertas biasa, atau karton,
logam kuningan, aluminium, sendok,
gelas, garpu, piring,
kain kafan, kayu,
kulit binatang (lulang), dan ditambah
batu akik murahan untuk
dibuat cincin.
Kegunaan rajah-rajah
itupun beraneka ragam,
untuk penglaris dagangan, menolak musuh, menolak penyakit
,menolak pencuri /garong/thuyul, menolak sihir/santet, mengusir syaithan, untuk kewibawaan, agar dicintai orang lain, untuk kekebalan, untuk pengobatan penyakit,
untuk keharmonisan, untuk
kemudahan urusan,untuk menaklukkan lawan, untuk membungkam lawan, untuk
menghilang (agar tidak diketahui
orang lain), dan sebagainya.
Para ulama salaf
sepakat bahwa menggunakan jimat,
rajah, atau tamimah diharamkan berdasarkan
hadits tentang tamimah
yang bersifat umum
dan tidak ada dalil yang mengkhususkannya.
إِنَّ
الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
Sesungguhnya
mantra-mantra, jimat, dan guna-guna
adalah syirik. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim berkata Shahih
dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Sedangkan tulisan
ayat Al Qur'an murni saja (tidak bercampur dengan yang bukan Quran) untuk
dijadikan "azimah mereka melarangnya sebagai sadd lidz dzari'ah (menutup
pintu dosa besar), dan tidak ada shahabat
yang menjadikan Quran sebagai jimat.
Dosa besarya adalah
syirik, maka segala pintu-pintu yang mengarah kepada syirik harus ditutup,
jangan diberi celah sedikitpun.
Sebagaimana khalifah Umar bin Khathab
RA menebang pohon di Hudaibiyah
tempat bai'ah 1400 orang shahabat kepada
Nabi SAW, karena banyak orang yang melakukan ibadah di bawah pohon itu dan
berthawaf. Hal itu dilakukan sebagai upaya menutup pintu bid'ah dan syirik.
Tetapi Umar bin
Khathab RA jugalah yang mengusulkan penulisan Al-Qur'an pada masa khalifah Abu Bakar RA, karena
menutup pintu bahaya yang besar, yaitu hilangnya AI Qur'an dari ummat Islam
disaat para qurra' banyak yang syahid di medan perang, sedangkan Islam sudah
menyebar ke seluruh Jazirah Arab.
Dari 'Uqbah bin 'Amir
Al-Juhani RA bahwa Rasulullah SAW didatangi sekelompok orang, maka beliau baiah
sembilan orang, dan beliau menahan satu orang. Mereka bertanya Wahai
Rasulullah, sembilan orang berbaiah, engkau tahan satu orang ini? Beliau
bersabda Sesungguhnya pada orang ini ada jimat. Maka beliau
memasukkan tangannya memutuskan jimat itu, kemudian beliau
membaiahnya.
Dan beliau bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِىِّ َنَّ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ
وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ
« إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً ». فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ
« مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
Barang siapa ,
bergantung kepada jimat, maka ia
telah syirik:" (HR. Ahmad dan
Hakim, Iihat Silsilah ' Hadits Shahih
Syekh Al-Albani: 492)
Orang yang
menggunakan tamimah, jimat, wifiq, haikal, rajah dan sejenisnya karena ia meyakini ada manfaatnya, atau sebagai
wasilah kepada Allah, maka ia tidak bisa tawakkal kepada Allah, karena
jimat itu lebih ia yakini dan inilah
syirik kecil, akan tetapi apabila ia meyakini
bahwa jimatnya itu adalah penangkal bahaya atau yang mendatangkan manfaat
sendiri, maka ia telah jatuh dalam
syirik besar.
Kaidahnya dalam
masalah ini adalah:
كل من جعل سببا لم يجعله الله سببا لاشرعا ولاقدرا فقد اشرك
شركا اصغر
Setiap orang yang menjadikan
sabab (perantara) yang tidak dijadikan oleh Allah sebagai perantara, baik secara
syar'i ataupun terukur,
maka ia telah melakukan syirik kecil
Perantara yang syar'i
seperti ruqyah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, berbekam,madu, air zam zam,
habbah sauda’, minyak zaitun dan makan kurma 'Ajwah.
Perantara yang terukur adalah terukur kadarnya, terukur lama
konsumsinya, terukur kondisi
pasiennya, seperti herbal, obat dokter,
ada dosisnya, lama mengkonsumsi obat itu, disesuaikan dengan
kondisi tubuh pasien
berdasarkan analisa.
Maka menjadikan madu
sebagai obat diare adalah shah berdasarkan syari'at (hadits Nabi SAW) dan juga
bisa diukur dosisnya, lama mengkonsumsinya, dan bagaimana kondisi pasiennya saat
akan dan sesudah mengkonsumsinya.
Sangatlah
berbeda dengan rajah, jimat
yang dikalungkan atau
dibakar kemudian abunya disedu
dengan air kemudian diminum. Ini perbuatan bodoh, yang tidak ada Iandasan
syar'i dan tidak bisa diukur dosisnya, lama mengkonsumsinya, dan bagaimana
kondisi pasien.
Akan tetapi para
dukun menjadikan rajah, jimat sebagai
perantara yang sering disebut "ini hanya syari'at berobat, sedangkan hakikat yang menyembuhkan hanyalah
Allah." Ini kalimat yang sesat dan menyesatkan, karena jimat dilarang
oleh syariat, bagaimana dia katakan ini hanya syari'at berobat?
Alhamdulillah dan
Alhamdulillah banyak Rajah dan berbagai jimat yang saya terima dari berbagai
daerah pada saat pelatihan RUQYAH SYAR’IYYAH, kemudian saya
bakar dengan membaca ayat kursi.
Alhamdulillah,semua rajah musnah dan tidak ada yang bisa membela dirinya pada
saat saya musnahkan dengan cara membakarnya. Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
Perdukunan telah
merasuk dalam masyarakat
Islam, sehingga kebenaran
dan kebathilan menjadi samar. Karena banyak ilmu-ilmu perdukunan dikemas
dengan kemasan agamis, sehinga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para
dukun.
Sebagai contoh,
banyak pasien yang menyampaikan keluhan-keluhan mereka kepada saya setelah
sekian lama menderita sakit terkena sihir dan telah berobat ke banyak orang,
ada yang disebut sebagai orang pintar, 'paranormal, orang tua, dukun, kyai,
kyai haji, pak haji, habib, bahkan ada yang hafal AI Quran dan menguasai ilmu-ilmu alat dan pandai baca
kitab bahasa Arab, tetapi
sayangnya mereka melakukan praktik
ilmu perdukunan secara terselubung di balik kedok agama dan
keshalihan dalam penampilannya.
Maka kita
harus berhati-hati. Jangan
sampai kita terjerumus
dalam perdukunan terselubung dan
kita harus bertaubat kepada Allah dari interaksi dengan dukun (kahin, sahir,
'arraf dajjal, musya'widz),
MEWASPADAI CIRI-CIRI
PERDUKUNAN
Diantara ciri-ciri
perdukunan yang saya dapatkan informasinya dari para pasien yang bertaubat,
atau dukun-dukun yang bertaubat, kemudian saya teliti dan saya sering menerima
informasi yang sama dari para pasien, diantara ciri lain praktik perdukunan sbb:
1. Membutuhkan
informasi tentang pasien, atau orang yang dimaksudkan dengan menanyakan namanya
dan nama ibunya untuk dijadikan bahan
ramalannya. Ini sebagai doktrin kufur syaithan yang tidak mengakui adanya pernikahan
yang shah secara syari'at, maka nasab anak dinisbatkan kepada ibunya,
2. Menanyakan
hari lahir dan pasarannya (kliwon, legi,
pahing, pon, wage) atau orang Jawa sering menyebutnya weton (hari lahir dan pasarannya),
termasuk waktu Iahirnya pagi, sore, siang atau malam untuk dikaitkan dengan nasibnya.
Maka banyak perhitungan dukun yang membatalkan pernikahan seseorang karena tidak cocok dengan
perhitungan hari lahir calon pasangannya.
3. Memberikan mantra-mantra terkadang ayat
tertentu dengan dibalik dan doa dengan menyebut nama jin tertentu, atau membaca mantra, atau membaca
simbol-simbol tertentu sebagai pengganti
mantranya agar diamalkan secara khusus dan dengan cara dan hitungan khusus.
4. Meminta
sesaji apapun bentuknya, baik kemenyan, bunga-bungaan, buah-buahan, binatang,
telur, benda mati dan sebagainya. Kemudian diletakkan di tempat khusus yang ia
tentukan.
5. Memberikan
jimat, rajah, wifiq,
haikal dengan tulisan arab, benda-benda
yang dianggap pusaka, potongan
kayu, selembar kain, atau rajah yang dibungkus rapih dimasukkan dalam ikat
pinggang, dompet, digantung dan sebagainya.
6. Memberi
informasi ghaib tentang keberadaan makhluk
ghaib dengan ciri-cirinya atau karakternya atau memberitahukan posisi
orang yang kabur, posisi pencuri, atau keberadaan barang yang hilang.
7. Menunjukkan
bahwa dirinya punya kekuatan ghaib,
bantuan malaikat, atau
bantuan jin, tenaga dalam, kebatinan, transfer energi positif atau
membuang energi negative, pengobatan jarak jauh bahkan hanya dengan mendengar
suara via telpon sudah bisa mendeteksi penyakitpenyakit pasien dan mengobatinya
cukup dengan duduk
tenang releks, akhirya
pasien sembuh.
8. Memberikan
ramalan ghaib tentang sesuatu yang sudah terjadi atau sedang terjadi atau yang
akan terjadi. Seperti menjelaskan dosa-dosa pasien yang barn datang secara
rinci, atau masa lalu pasien, menerangkan isi rumah pasien, dan meramal masa
depannya.
9. Tathayyur (rnenghubung-hubungkan sebuah
peristiwa fenomena alam dengan
nasib baik/buruk seseorang atau suatu kaum). Seperti seorang dianggap
nasibnya sial karena dia punya rumah tepat di pertigaan yang sering disebut
rumah tusuk sate.
10. Menggunakan
media manusia rnisalnya anak kecil atau orang lain sebagai sarana jin masuk,
atau menggunakan barang untuk berhubungan dengan makhluk ghaib, atau untuk
memohon bantuan ghaib di kamar gelap, dengan bakar kemenyan dan sesaji.
11. Memberikan
amalan bid'ah dengan niat mendekatkan
diri kepada Allah seperti puasa pati geni, puasa ngrowot, puasa mutih, puasa ngebleng atau amalan
sunnah dengan tata-cara bid'ah seperti shalat malam 41 malam tanpa putus
dengan pakaian yang sama, rakaat yang sarna,
bacaan yang sarna,
di tempat terbuka
yang sarna atau
arnalan syirik seperti menyembelih binatang untuk kuburan
gurunya atau melakukan
dosa besar seperti meninggalkan shalat shubuh karena sedang menjalani dzikir
telanjang sambil berendam di sungai dari malarn sarnpai terbit matahari.
12. Menggunakan
benda-benda bekas pasien, benda pusaka atau tempat-tempat khusus sebagai syarat
dalam ritualnya untuk pengobatan atau mendapatkan solusi masalah kliennya.
13. Melakukan
sihir atas permintaan orang lain atau menunjukkan kemampuan sihimya, seperti
menyulap daun menjadi uang, atau menggandakan uang, menarik harta karun, jasa
santet, sihir penglarisan, sihir pelet, sihir menghalangi pernikahan.
14. Mencabut
sihir dan mengeluarkan benda-benda sihir dari tubuh pasien, seperti pecahan
kaca, kerikil, paku, kawat, atau melalui
bedah tanpa berdarah, atau dengan cara
dibekam keluar kalajengking, kelabang, dan sebagainya. Kemudian dikatakan ini
sihimya sudah saya cabut. Padahal benda-benda itu sudah disiapkan sebelumnya,
meskipun disembunyikan.
15. Melakukan
pemagaran/pembentengan ghaib bagi orang yang dituju atau tempatnya agar tidak
ada gangguan dari makhluk ghaib dengan cara mengirim jin untuk menjaganya.
16. Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan bagaimana
cara mengetahui hal-hal ghaib, beliau melakukan pembentengi
diri dengan dzikirullah
dan doa-doa yang
sangat banyak, melakukan pengobatan dengan ruqyah, doa, obat-obat
herbal, makanan yang baik, minuman yang baik, berbekam, dan beliau berolah-raga
berjalan, berlari, naik kuda, naik unta, memanah, gulat, Iempar lembing,
berlatih pedang dan beliau perintahkan agar para hahabat mengajari anak mereka
berkuda, memanah, dan berenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar