Jumat, 23 Januari 2015

PERDUKUNAN DALAM PANDANGAN ISLAM


PERDUKUNAN
DALAM PANDANGAN ISLAM

Ust. H. Ibnu Sholeh, M.A,M.P.I

Kita memiliki prinsip bahwa dukun adalah kekasih-kekasih    syaithan,  mereka tidak ada apa-apanya dihadapan  seorang  Muslim   yang  berpegang   kepada   syari' ah  Allah. Sebagaimana  ditegaskan  oleh Rasulullah  SAW dalam  hadits:
 قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- سَأَلَ نَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسُوا بِشَىْءٍ ». فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَاناً بِالشَّىْءِ يَكُونُ حَقًّا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّىُّ فَيُقِرُّهَا فِى أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ »
 Dari 'Aisyah RA berkata: banyak orang bertanya  kepada Rasulullah  SAW  tentang  para dukun, maka beliau menjawab: "Sungguh  mereka  itu tidak ada apa-apanya." Mereka bertanya; "Sungguh mereka kadang-kadang mengatakan sesuatu maka menjadi kenyataan? Rasulullah   Shallallahu  'Alaihi  wa Sallam  bersabda:  "Ucapannya itu dari yang benar, dicuri dari golongan jin, lalu dibisikkan  jin   ke  telinga dukun seperti. berkokoknya ayam betina, dan mereka mencampur-adukannya dengan seratus kebohongan. "(HR. Bukhari).
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَنْزِلُ فِي الْعَنَانِ وَهُوَ السَّحَابُ فَتَذْكُرُ الْأَمْرَ قُضِيَ فِي السَّمَاءِ فَتَسْتَرِقُ الشَّيَاطِينُ السَّمْعَ فَتَسْمَعُهُ فَتُوحِيهِ إِلَى الْكُهَّانِ فَيَكْذِبُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
Dari  'Aisyah  RA  istri   Rasulullah   SAW  bahwasanya   ia mendengar   Rasulullah   SAW bersabda: Sesungguhnya para malaikat turun di awan, maka menyebutkan urusan yang ditetapkan  di langit, maka   syaithan-syaithan mencuri dengar, sampai mereka bisa mendengar,  kemudian  mereka  wahyukan  kepada  para   dukun,  maka dukun-dukun   itu berbohong bersama  kalimat  itu seratus  kebohongan  dari diri mereka sendiri. " (HR.  AI­ Bukhari  3210 dan Muslim  2228)
Malah Rasulullah SAW melarang kita untuk mendatangi seorang  dukun atau tukang ramal kemudian berkonsultasi, beliau  bersabda:     
مَنْ أَتَى عَرَّافاًكاهنا فَسَأَلَهُ عنْ شَيْءٍ فَصَدَّقَهُ ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أرْبَعِينَ يَوماً
Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian ia menanyakan sesuatu kepadanya dan mempercayainya, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari. (HR. Muslim)
Sedangkan  orang  yang  mempercayai   nasehat  tukang  ramal  atau dukun,  maka  ia berarti  kafir terhadap  wahyu  yang diturunkan  kepada  Rasulullah   SA W.
عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من أتى عرافا أو كاهنا ، فصدقه بما يقول ، فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم »

Dari Abu Hurairah RA berkata:  Barangsiapa yang  mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian ia meyakini  apa yang ia ucapkan,  maka  telah  ingkar  terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.(HR. Imam Ahmad)
Saya sangat  prihatin, ketika banyak orang menjaga diri  dari  godaan  syaithan  dengan  cara-cara  musyrik  tanpa  mereka  sadari,  mereka  mengandalkan benda-benda  jimat (tamimah)  sebagai  tumbal   (penjaga   keselamatan)  dalam  berbagai   bentuk  dan  rupa  seperti keris,  tornbak. gelang, cincin,  kalung,  sabuk,  potongan  kayu, potongan  kulit  binatang,  taring babi,  bawang jantan,  mrica  (lada),  bungkusan   kemenyan,  rokok  cerutu,  batu  akik,  batu  kali, kerang  laut,  tanah  kuburan,   potongan  kain  kafan,  bolpen,   korek  api, dan sebagainya yang berasal dari dukun atau kyai  ataupun  diperoleh  dari tempat-tempat   yang dianggapnya   keramat.
lni dipakai oleh  orang-orang  yang jauh  dari  agama.  Ketika  mereka merujuk ke dukun-dukun untuk menyelesaikan masalahnya,   ternyata  tidak  selesai.  Bahkan ada  yang harus  menebus jimat-jimat  itu  dengan  harga  puluhan hingga ratusan juta  rupiah,  atau mencarinya  harus menjadikan nyawa sebagai taruhannya.
Alhamdulillah, dan alhmadulillah berkat hidayah Allah, setelah   mereka mengikuti pelatihan ruqyah dan berdiskusi  dengan  saya, mereka  rela menyerahkan benda-benda tersebut kepada  saya  dan  langsung  saya musnahkan dengan membakarnya. Kemudian mereka  bertaubat  kepada  Allah ta'ala
Sedangkan  banyak  juga  dari kalangan  kaum  muslimin  yang  rajin menjalankan  shalat, atau bisa  dibilang  “taat  beragama”, tetapi  mereka  terjerumus dalam  kemusyrikan, tanpa mereka  sadari juga. 
Sebab banyak dikalangan umat Islam, ketika menyelesaikan  masalahnya  banyak  merujuk  kepada  orang yang dianggap 'kyai'  atau 'wali' atau “orang pinter” atau “paranormal” orang yang   menggunakn  kedok   agama  untuk melegalisasi   kemusyrikannya.    
Maka mereka  mengajarkan  sedikit  do'a  dan amalan  agama untuk  daya pikat  dan mengelabuhi “sang korban”  kemusyrikannya.   Akan  tetapi  mereka  juga memberikan   rajah   yang  dibungkus   rapih   atau  disegel   kepada   'sang   korban'    agar  dibawa pulang    untuk    dijadikan    wasilah    penangkal     bahaya    (tolak    bala')    atau   wasilah yang mendatangkan  manfaat  secara  ghaib.                  
Rajah-rajah  (aufaq)  yang  mereka  bikin  atau  sekedar fotokopinya, biasanya  ada tulisan  ayat  qur' an,  doa  kepada   Allah   dengan   nama-nama   aneh,  bukan   dari  Al  Asmaul Husna,   bukan   nama   nabi   atau   rnalaikat,   dan   bukan   pula   nama-nama    ulama   terkenal.
Tapi tulisan itu berisi nama nama yang mereka yakini sebagai nama naman raja jin, seperti: Asy Syatat, Shal'ashun,Ya'shalun,  Jaljalut,   Ikhrisya,   inilah   nama-nama    yang diagungkan   dan  diundang   untuk  dimintai   pertolongan.    Bahkan  ada  yang  jelas:   ya  syaikh Abdal  Qadir  Al Jailani   aghitsni   (Wahai   guruku  Abdul   Qadir  Al  jilani   tolong   selamatkan aku), ya sayyidi  Ali anqidzni  (Wahai  tuanku  Ali selamatkan   aku), kemudian  ditambah  angka­ angka tertentu dan huruf-huruf tertentu  yang  tidak  ada  maknanya  di kamus. Selain itu juga ada  simbol-simbol  atau  gambar-gambar yang dianggap akan  membawa manfaat  atau  untuk menoIak   bala',  seperti  bintang,   lingkaran, kotak-kotak, segitiga,  gambar  pedang,   harimau, duplikat  sandal Nabi  SAW,  dan sebagainya.
Cara  penggunaan rajah  itu terkadang  dibakar  kemudian  abunya  dicampur  dengan  air untuk  diminum,  dan   rajah   direndam   di  air  kemudian   diminum,  rajah  dipendam  di  tanah, ditempel  di tembok  bagian  atas, dibuat  ikat pinggang,  dibungkus  kuat  untuk  dikantongi atau dibuat  kalung,  dibuat  rompi, dibuat  sapu tangan.  
Media  penulisan   rajah-rajah   itu  biasanya berfariasi,  ada rajah  dengan  tulisan  Arab  yang  ditulis  diatas kertas biasa,  atau karton,  logam kuningan,   aluminium,   sendok,   gelas,   garpu,  piring,   kain  kafan,  kayu,   kulit  binatang (lulang),   dan ditambah  batu  akik murahan  untuk  dibuat  cincin.
Kegunaan  rajah-rajah   itupun   beraneka  ragam,   untuk   penglaris  dagangan, menolak musuh, menolak penyakit ,menolak pencuri /garong/thuyul, menolak sihir/santet, mengusir  syaithan,  untuk  kewibawaan, agar dicintai  orang lain, untuk  kekebalan, untuk    pengobatan  penyakit,  untuk    keharmonisan,   untuk    kemudahan urusan,untuk menaklukkan lawan, untuk membungkam lawan,   untuk  menghilang (agar tidak  diketahui orang lain), dan sebagainya.
Para ulama salaf sepakat bahwa  menggunakan  jimat,  rajah, atau   tamimah diharamkan   berdasarkan   hadits  tentang  tamimah  yang  bersifat  umum  dan  tidak  ada dalil yang mengkhususkannya.
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
Sesungguhnya mantra-mantra, jimat,  dan guna-guna adalah syirik. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim berkata Shahih dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Sedangkan tulisan ayat Al Qur'an murni saja (tidak bercampur dengan yang bukan Quran) untuk dijadikan "azimah mereka melarangnya sebagai sadd lidz dzari'ah (menutup pintu  dosa besar), dan tidak  ada shahabat  yang menjadikan  Quran   sebagai jimat. 
Dosa besarya adalah syirik, maka segala pintu-pintu yang mengarah kepada syirik harus ditutup, jangan diberi celah sedikitpun.  Sebagaimana khalifah  Umar  bin Khathab  RA  menebang pohon di Hudaibiyah tempat bai'ah  1400 orang shahabat kepada Nabi SAW, karena banyak orang yang melakukan ibadah di bawah pohon itu dan berthawaf. Hal itu dilakukan sebagai upaya menutup pintu bid'ah dan syirik.
Tetapi Umar bin Khathab RA jugalah yang mengusulkan penulisan Al-Qur'an  pada masa khalifah Abu Bakar RA, karena menutup pintu bahaya yang besar, yaitu hilangnya AI­ Qur'an dari ummat Islam disaat para qurra' banyak yang syahid di medan perang, sedangkan Islam sudah menyebar ke seluruh Jazirah Arab.
Dari 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhani RA bahwa Rasulullah SAW didatangi sekelompok orang, maka beliau baiah sembilan orang, dan beliau menahan satu orang. Mereka bertanya Wahai Rasulullah, sembilan orang berbaiah, engkau tahan satu orang ini? Beliau bersabda Sesungguhnya pada orang ini ada jimat. Maka  beliau   memasukkan   tangannya  memutuskan jimat itu, kemudian beliau membaiahnya.
Dan beliau bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِىِّ َنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ « إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً ». فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ « مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
Barang siapa , bergantung kepada jimat,   maka  ia telah syirik:"  (HR. Ahmad dan Hakim,  Iihat Silsilah ' Hadits Shahih Syekh Al-Albani: 492)
Orang yang menggunakan tamimah, jimat, wifiq, haikal, rajah dan sejenisnya karena  ia meyakini ada manfaatnya, atau sebagai wasilah kepada Allah, maka ia tidak bisa tawakkal kepada Allah, karena jimat  itu lebih ia yakini dan inilah syirik kecil, akan tetapi apabila ia meyakini  bahwa jimatnya  itu  adalah penangkal  bahaya atau yang mendatangkan manfaat sendiri, maka ia telah jatuh  dalam syirik besar.
Kaidahnya dalam masalah ini adalah:
كل من جعل سببا لم يجعله الله سببا لاشرعا ولاقدرا فقد اشرك شركا اصغر
Setiap orang yang menjadikan sabab (perantara) yang tidak dijadikan oleh Allah sebagai perantara,  baik secara  syar'i  ataupun  terukur,  maka  ia  telah melakukan  syirik kecil
Perantara yang syar'i seperti ruqyah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, berbekam,madu, air zam zam, habbah sauda’, minyak zaitun dan makan kurma 'Ajwah.
Perantara yang  terukur adalah terukur kadarnya, terukur lama konsumsinya,  terukur  kondisi   pasiennya,  seperti herbal, obat   dokter,   ada dosisnya,  lama mengkonsumsi  obat itu, disesuaikan   dengan  kondisi  tubuh  pasien  berdasarkan analisa.
Maka menjadikan madu sebagai obat diare adalah shah berdasarkan syari'at (hadits Nabi SAW) dan juga bisa diukur dosisnya, lama mengkonsumsinya, dan bagaimana kondisi pasiennya saat akan dan sesudah mengkonsumsinya.
Sangatlah berbeda  dengan  rajah, jimat  yang  dikalungkan  atau  dibakar  kemudian abunya disedu dengan air kemudian diminum. Ini perbuatan bodoh, yang tidak ada Iandasan syar'i dan tidak bisa diukur dosisnya, lama mengkonsumsinya, dan bagaimana kondisi pasien.
Akan tetapi para dukun menjadikan rajah, jimat  sebagai perantara yang sering disebut "ini hanya syari'at  berobat, sedangkan hakikat yang menyembuhkan hanyalah Allah." Ini kalimat yang sesat dan menyesatkan, karena jimat dilarang oleh syariat, bagaimana dia katakan ini hanya syari'at berobat?
Alhamdulillah dan Alhamdulillah banyak Rajah dan berbagai jimat yang saya terima dari berbagai daerah pada saat pelatihan RUQYAH SYAR’IYYAH, kemudian  saya  bakar  dengan membaca ayat kursi. Alhamdulillah,semua rajah musnah dan tidak ada yang bisa membela dirinya pada saat saya musnahkan dengan cara membakarnya. Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
Perdukunan  telah   merasuk   dalam  masyarakat   Islam,   sehingga   kebenaran   dan kebathilan menjadi samar. Karena banyak ilmu-ilmu perdukunan dikemas dengan kemasan agamis, sehinga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun.
Sebagai contoh, banyak pasien yang menyampaikan keluhan-keluhan mereka kepada saya setelah sekian lama menderita sakit terkena sihir dan telah berobat ke banyak orang, ada yang disebut sebagai orang pintar, 'paranormal, orang tua, dukun, kyai, kyai haji, pak haji, habib, bahkan ada yang hafal AI Quran  dan menguasai ilmu-ilmu alat dan pandai baca kitab bahasa Arab, tetapi   sayangnya   mereka melakukan  praktik   ilmu  perdukunan   secara terselubung di balik kedok agama dan keshalihan dalam penampilannya.
Maka  kita  harus  berhati-hati.  Jangan  sampai  kita  terjerumus  dalam  perdukunan terselubung dan kita harus bertaubat kepada Allah dari interaksi dengan dukun (kahin, sahir, 'arraf  dajjal, musya'widz),




MEWASPADAI CIRI-CIRI PERDUKUNAN
Diantara ciri-ciri perdukunan yang saya dapatkan informasinya dari para pasien yang bertaubat, atau dukun-dukun yang bertaubat, kemudian saya teliti dan saya sering menerima informasi yang sama dari para pasien, diantara ciri lain praktik perdukunan sbb:

1.   Membutuhkan informasi tentang pasien, atau orang yang dimaksudkan dengan menanyakan namanya dan nama ibunya  untuk dijadikan  bahan  ramalannya.  Ini sebagai  doktrin kufur  syaithan yang tidak mengakui adanya pernikahan yang shah secara syari'at, maka nasab anak  dinisbatkan kepada ibunya,                                                                                                             
2.   Menanyakan hari lahir dan pasarannya (kliwon,  legi, pahing, pon, wage) atau orang Jawa sering menyebutnya weton (hari lahir dan pasarannya), termasuk waktu Iahirnya pagi, sore, siang atau malam untuk dikaitkan dengan nasibnya. Maka banyak perhitungan dukun yang membatalkan pernikahan  seseorang karena tidak cocok dengan perhitungan hari lahir calon pasangannya.
3.   Memberikan  mantra-mantra terkadang  ayat  tertentu   dengan  dibalik dan doa dengan menyebut nama jin  tertentu, atau membaca mantra, atau membaca simbol-simbol tertentu  sebagai pengganti mantranya agar diamalkan secara khusus dan dengan cara dan hitungan khusus.
4.   Meminta sesaji apapun bentuknya, baik kemenyan, bunga-bungaan, buah-buahan, binatang, telur, benda mati dan sebagainya. Kemudian diletakkan di tempat khusus yang ia tentukan.
5.   Memberikan jimat,  rajah,  wifiq,  haikal dengan tulisan  arab,  benda-benda  yang  dianggap pusaka, potongan kayu, selembar kain, atau rajah yang dibungkus rapih dimasukkan dalam ikat pinggang, dompet, digantung dan sebagainya.
6.   Memberi informasi  ghaib  tentang keberadaan  makhluk  ghaib dengan ciri-cirinya atau karakternya atau memberitahukan posisi orang yang kabur, posisi pencuri, atau keberadaan barang yang hilang.
7.   Menunjukkan bahwa dirinya punya  kekuatan  ghaib,  bantuan  malaikat,  atau  bantuan jin, tenaga dalam, kebatinan, transfer energi positif atau membuang energi negative, pengobatan jarak jauh bahkan hanya dengan mendengar suara via telpon sudah bisa mendeteksi penyakit­penyakit pasien dan  mengobatinya  cukup  dengan  duduk  tenang  releks,  akhirya  pasien sembuh.
8.   Memberikan ramalan ghaib tentang sesuatu yang sudah terjadi atau sedang terjadi atau yang akan terjadi. Seperti menjelaskan dosa-dosa pasien yang barn datang secara rinci, atau masa lalu pasien, menerangkan isi rumah pasien, dan meramal masa depannya.
9.   Tathayyur  (rnenghubung-hubungkan   sebuah   peristiwa fenomena   alam   dengan   nasib baik/buruk seseorang atau suatu kaum). Seperti seorang dianggap nasibnya sial karena dia punya rumah tepat di pertigaan yang sering disebut rumah tusuk sate.
10.     Menggunakan media manusia rnisalnya anak kecil atau orang lain sebagai sarana jin masuk, atau menggunakan barang untuk berhubungan dengan makhluk ghaib, atau untuk memohon bantuan ghaib di kamar gelap, dengan bakar kemenyan dan sesaji.
11.     Memberikan amalan bid'ah  dengan niat mendekatkan diri kepada Allah seperti puasa pati­ geni, puasa ngrowot, puasa mutih,  puasa ngebleng  atau amalan  sunnah dengan  tata-cara bid'ah  seperti shalat malam 41 malam tanpa putus dengan pakaian yang sama, rakaat yang sarna,  bacaan  yang  sarna,  di  tempat  terbuka  yang   sarna  atau  arnalan  syirik  seperti menyembelih         binatang  untuk  kuburan   gurunya   atau   melakukan   dosa   besar   seperti meninggalkan  shalat shubuh karena sedang menjalani dzikir telanjang sambil berendam di sungai dari malarn sarnpai terbit matahari.
12.     Menggunakan benda-benda bekas pasien, benda pusaka atau tempat-tempat khusus sebagai syarat dalam ritualnya untuk pengobatan atau mendapatkan solusi masalah kliennya.
13.     Melakukan sihir atas permintaan orang lain atau menunjukkan kemampuan sihimya, seperti menyulap daun menjadi uang, atau menggandakan uang, menarik harta karun, jasa santet, sihir penglarisan, sihir pelet, sihir menghalangi pernikahan.
14.     Mencabut sihir dan mengeluarkan benda-benda sihir dari tubuh pasien, seperti pecahan kaca, kerikil,  paku, kawat, atau melalui bedah tanpa berdarah,  atau dengan cara dibekam keluar kalajengking, kelabang, dan sebagainya. Kemudian dikatakan ini sihimya sudah saya cabut. Padahal benda-benda itu sudah disiapkan sebelumnya, meskipun disembunyikan.
15.     Melakukan pemagaran/pembentengan ghaib bagi orang yang dituju atau tempatnya agar tidak ada gangguan dari makhluk ghaib dengan cara mengirim jin  untuk menjaganya.
16.     Rasulullah  SAW tidak pernah mengajarkan  bagaimana  cara mengetahui hal-hal ghaib, beliau melakukan  pembentengi  diri  dengan  dzikirullah  dan  doa-doa  yang  sangat banyak, melakukan pengobatan dengan ruqyah, doa, obat-obat herbal, makanan yang baik, minuman yang baik, berbekam, dan beliau berolah-raga berjalan, berlari, naik kuda, naik unta, memanah, gulat, Iempar lembing, berlatih pedang dan beliau perintahkan agar para hahabat mengajari anak mereka berkuda, memanah, dan berenang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar